Kesehatan mental di Indonesia belum memperoleh perhatian yang semestinya. Pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan gangguan mental masih sangat sempit. Bahkan, tidak banyak orang Indonesia yang tahu tentang ODMK dan ODGJ.

 

Nah, mari kita kupas pengertian dan perbedaan ODMK dan ODGJ berdasarkan keterangan dari Kepala Seksi Remaja Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Kementerian Kesehatan, dr. Prianto Djatmiko, Sp.KJ.

 

Baca juga: Jangan Lupakan Resolusi Kesehatan Mental!

 

Apa Itu ODMK? 

ODMK adalah singkatan dari Orang dengan Masalah Kejiwaan. Dokter Prianto mengatakan, ODMK adalah orang yang belum sakit. Mereka hanya baru mengalami masalah yang berpotensi menyebabkan gangguan jiwa. Intinya, ODMK adalah orang yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan kualitas hidup, hingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa.

 

“Jadi ada masalahnya, misalnya dia pernah mengalami kekerasan. Korban banjir, korban tsunami, korban gempa, itu kan orang-orang yang menyimpan trauma. Seperti pengungsi dan sebagainya, mereka kan tidak sakit. Tapi, mereka menyimpan masalah,” jelas dr. Prianto.

 

Contoh-contoh kelompok yang termasuk ODMK lainnya adalah penyandang disabilitas yang hidup di lingkungan yang tidak disability-friendly atau sering dikucilkan dan dirundung. Contoh lain juga seperti pekerja yang mendapat tekanan terlalu parah dari atasan, istri yang mendapatkan kekerasan emosional, remaja yang mengalam bullying, atau pekerja seks yang tidak nyaman dengan pekerjaannya. Bahkan, penderita gangguan jiwa yang sudah remisi, tetapi kembali hidup dalam masyarakat, juga termasuk ODMK.

 

Apa Itu ODGJ?

ODGJ adalah singkatan dari Orang dengan Gangguan Jiwa. Dokter Prianto mengatakan, ODGJ adalah kelompok orang yang sudah didiagnosis gangguan jiwa, seperti bipolar disorder, skizofrenia, dan lainnya. Namun, ia juga menekankan bahwa orang yang didiagnosis ODGJ bukan berarti orang gila.

 

Cara diagnosis ODGJ sendiri berbeda dengan ODMK. “ODMK belum memenuhi kriteria diagnosis ODGJ. Kriteria diagnosis ini ada pedomannya. Bagaimana seseorang dikatakan depresi itu kita punya pedomannya. Namanya pedoman diagnosis gangguan jiwa. Misalnya depresi ada tanda-tanda major dan ada tanda-tanda minor,” jelas dr. Prianto.

 

Pada intinya, ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang bermanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala atau perubahan perilaku yang bermakna. Gejala-gejala tersebut dapat menimbulkan penderitaan dan menghambat aktivitas dan fungsi penderitanya sebagai individu.

 

Baca juga: Manfaat Emoji Bagi Kesehatan Mental dan Emosi

 

ODMK dan ODGJ Di Indonesia 

Dokter Priyanto mengatakan, secara detil jumlah angka gangguan mental di Indonesia sesuai dengan jenis-jenisnya masih belum lengkap. Namun, ia menuturkan bahwa di Indonesia, angka ODMK atau gangguan jiwa ringan mencapai 6%. 

 

“Enam persen itu kurang lebih 14 juta orang di Indonesia. Jadi, ada kurang lebih 14 juta orang Indonesia yang mengalami masalah mental emosional,” kata dr. Prianto. Sementara itu, ia mengatakan bahwa penderita ODGJ atau kelompok yang mengalami masalah gangguan jiwa berat dan psikotis di Indonesia mencapai 1,4 per mil atau per 1.000.

 

“Survey baru sekitar 2-3 tahun terakhir menunjukkan 1,4 per mil. Itu kalau dalam angka kurang lebih 400.000 se-Indonesia. Ya kalau menurut saya sih dibandingkan dengan kondisi penduduk Indonesia sebanyak 250 juta jiwa ya angka itu sedanglah,” kata dr. Prianto. 

 

Oleh sebab itu, kesehatan jiwa di Indonesia sudah sepantasnya menjadi perhatian. Saat ini, pemerintah tengah meningkatkan sosialisasi dan penanganan ODMK dan ODGJ di Indonesia, termasuk bagaimana mencegah agar kelompok ODMK tidak berkembang menjadi ODGJ.

 

Program Kementerian Kesehatan yang tengah digencarkan adalah sosialisasi pada guru-guru di sekolah untuk mereka teruskan informasinya ke para murid. Pasalnya, pencegahan gangguan mental dan kasus kekerasan paling bagus dimulai sejak anak-anak. Selain itu, dianjurkan agar masyarakat berinisiatif melakukan pencegahan sendiri. 

 

“Pencegahan gangguan mental yang bisa dilakukan adalah mengubah gaya hidup menjadi lebih baik. Makan yang sehat, olahraga yang rutin. Terus bina hubungan sosial yang baik. Jangan kuper pokoknya. Interaksi sosial yang baik itu penting. Selain itu, pendidikan agama sesuai dengan kepercayaan masing-masing juga penting. Faktor religi itu juga penting untuk mencegah gangguan mental,” jelas dr. Prianto.

 

Baca juga: Mengenal Depresi dan Pikiran Bunuh Diri Pada Remaja

 

Kesehatan mental sudah seharusnya dianggap serius. Penderita ODMK dan ODGJ tidak boleh dipandang sebelah mata. Bahkan, gangguan mental seperti depresi bisa menyebabkan penyakit fisik. Oleh sebab itu, mari tingkatkan kepedulian kita ya, Gengs! (AS)

 

 

Referensi

Infodatin Kementerian Kesehatan. Situasi Kesehatan Jiwa di Indonesia. 2017.
Kementerian Kesehatan. Perlakuan Bermartabat Bantu Pulihkan Gangguan Kejiwaan. 2015.