Bulan Maret adalah peringatan Hari Ginjal Sedunia 2025. Tema kali ini relate dengan kita semua, yaitu Sehatkah Ginjal Anda? Penyakit ginjal kronis (PGK) masih menjadi tantangan kesehatan global. Diperkirakan lebih dari 800 juta orang di dunia - atau lebih dari 10% populasi global - mengalami PGK. Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menyebut prevalensi PGK mencapai 0,38% atau 3,8 orang per 1000 penduduk.
Pada 2040 mendatang, PGK diproyeksi menjadi penyebab kematian terbanyak kelima secara global. Terlebih, banyak penyandang baru menyadari bahwa mereka terjangkit PGK ketika sudah mencapai tahap lanjut.
PGK dapat menyebabkan dialisis atau cuci carah seumur hidup. Ketika seseorang sudah menjalani dialisis, umumnya kualitas hidupnya turun dan muncul komplikasi seperti anemia dan keropos tulang. Hal ini karena ginjal, selain membersihkan sisa metabolisme di darah, juga berperan penting dalam pembentukan hormon dan sel-sel darah merah.
Waspada, PGK Tidak Bergejala!
Dalam rangka memperingati Hari Ginjal Sedunia, Bayer mengajak masyarakat khususnya pasien Diabetes Tipe 2 memahami pentingnya deteksi dini kesehatan ginjalnya agar terhindar dari PGK.
Diabetes tipe 2 adalah salah satu faktor risiko terbesar, bersama hipertensi, menyebabkan kerusakan ginjal. Sekitar 40% penderita DM tipe 2 mengalami komplikasi PGK. Penyakit ini, menyebabkan pembuluh darah mikrovaskular di dalam ginjal rusak, dan berujung gagal ginjal.
Dijelaskan dr. Tunggul D. Situmorang, Sp.PD-KGH, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal dan Hipertensi, di dalam satu ginjal (setiap orang punya 2 ginjal, kanan dan kiri), terdapat sejuta nefron. Nefron ini berfungsi menyaring darah dari sisa metabolisme. Sampah hasil pembersihan darah di ginjal disalurkan menjadi urine.
PGK merupakan kelainan struktur atau fungsi ginjal yang sudah berlangsung selama minimal 3 bulan, dengan dampak pada kesehatan, walaupun sering tidak bergejala dan tidak dirasakan. Namun PGK akan berlanjut terus dan sifatnya progresif.
“Karena neuron ini jumlahnya sangat banyak, maka ketika terjadi kerusakan sebagian, fungsi ginjal masih berfungsi. Kerusakan ginjal terjadi secara bertahap dan tidak menunjukkan gejala apapun. Maka tidak heran jika tidak melalukan deteksi ini, kerusakan nefron akan semakin banyak dan pada akhirnya menyebabkan PGK dan gagal ginjal,” jelas dr. Tunggul.
dr. Tunggul juga menambahkan, PGK tidak menyebabkan nyeri pinggang. Penyakit ginjal yang menyebabkan gejala nyeri pinggang hanya bati ginjal dan infeksi ginjal.
Perkembangan PGK dapat diprediksi melalui tingkat Laju Filtrasi Glomerulus (LFG= Glumerulo Filtration Rate (GFR) dan pengukuran rasio albumin dan kreatinin di dalam urin (UACR). “Banyak pasien yang baru mengetahui kondisi mereka ketika ginjalnya sudah mengalami kerusakan signifikan (tahap 4 - 5). Padahal, jika dideteksi dan ditangani lebih awal, risiko progresi ke gagal ginjal bisa dikurangi. Faktanya, hingga 80% kasus PGK sebenarnya bisa dicegah atau setidaknya diperlambat dengan intervensi yang tepat.”
Deteksi dini dan Pengobatan
Deteksi dini untuk menjaga kesehatan ginjal, dengan secara mudah dan sederhana memeriksa urin (UACR) dan darah (ureum, kreatinin).
“Selain deteksi dini, pendekatan pengobatan yang komprehensif juga dibutuhkan untuk mencegah PGK. Pengobatan standar PGK yaitu mengendalikan faktor-faktor resiko/penyebabnya meliputi pengaturan diet/asupan makanan (metabolik) dan pengendalian Tekanan Darah (hemodinamik),” jelasnya.
Perkembangan sains dan teknologi di bidang kesehatan telah menghadirkan berbagai solusi inovatif yang dapat membantu memperlambat progresi PGK, terutama pada pasien Diabetes Tipe 2. Penelitian menunjukkan bahwa inflamasi dan fibrosis (kerusakan) berperan besar dalam mempercepat kerusakan ginjal.
“Oleh karena itu, strategi terapi yang menargetkan mekanisme ini menjadi salah satu langkah penting dalam pengelolaan PGK,” lanjut dr. Tunggul.
Finerenone dari Bayer adalah Mineralocorticoid Receptor Antagonist (MRA) nonsteroid pertama yang disetujui Badan POM untuk PGK (dengan albuminuria) yang berhubungan dengan Diabetes tipe 2 pada orang dewasa. Obat inovatif ini dapat memberikan manfaat yang signifikan dalam memperlambat progresi PGK pada pasien Diabetes Tipe 2, dengan cara menghambat reseptor mineralokortikoid.
Aktivasi berlebih dari reseptor ini diketahui berkontribusi terhadap peradangan dan fibrosis (kerusakan) ginjal, yang mempercepat perkembangan PGK. Dengan menghambat proses tersebut, Finerenone membantu menghambat inflamasi dan fibrosis (kerusakan) yang dapat menyebabkan kerusakan permanen pada ginjal.
Studi menunjukkan bahwa terapi ini secara efektif menurunkan kadar albumin dalam urin sebesar 31% dalam 4 bulan sehingga dapat memberikan dampak jangka panjang terhadap perlindungan ginjal.
Berdasarkan penelitian American Society of Nephrology (ASN) Kidney Week 2021, terapi obat dengan Finerenone menunjukkan penurunan risiko progresi PGK pada pasien Diabetes tipe 2 serta mampu menurunkan risiko kejadian dialisis sebesar 36%.
Pedoman klinis internasional terbaru untuk manajemen PGK dengan Diabetes tipe 2 seperti ADA, KDIGO, AACE, dan ESC merekomendasikan kombinasi terapi obat dengan Finerenone untuk mengurangi risiko secara optimal sebagai salah satu pilar pengobatan utama.
Riaz Buksh, Country Division Head Bayer Pharmaceuticals Indonesia, Malaysia, Singapura Cluster menyampaikan, "Kami percaya bahwa kesehatan ginjal menjadi prioritas bagi setiap individu. Peringatan Hari Ginjal Sedunia menjadi momentum penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya deteksi PGK sedini mungkin serta pengobatan yang tepat bagi pasien PGK, khususnya pasien Diabetes Tipe 2, guna mencegah progresi penyakit menuju gagal ginjal."