Stroke menempati peringkat kedua penyebab kematian di seluruh dunia dan merupakan salah satu penyebab utama kecacatan, sehingga menimbulkan beban ekonomi yang signifikan. Lbeih dari 80% stoke disebabkan penyumbatan pembuluh datah otak, dan sisanya karena pecah pembuluh darah di otak.

 

Diabetes, hipertensi, hiperkolesterolemia, dan penyakit jantung terutama aritmia (gangguan irama jantung) adalah beberapa faktor risiko stroke. Dijelaskan dr. Grace F. Indradjaja, M.M, Medical Managing Director Siloam Hospitals Group, “Secara global, angka mortalitas tahunan akibat stroke adalah sekitar 5,5 juta. Beban stroke tidak hanya terletak pada angka kematian yang tinggi, tetapi juga morbiditas yang tinggi yang mengakibatkan hingga 50% penyintas mengalami cacat kronis. Sementara itu, di Indonesia, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi stroke di Indonesia meningkat dari 7 per 1000 penduduk pada tahun 2013, menjadi 10,9 per 1000 penduduk pada tahun 2018.”

 

Penanganan Cepat dan Tepat

Melihat kondisi ini, dibutuhkan penanganan stroke yang cepat dan efektif di Indonesia. Periode emas untuk mengurangi risiko kematian dan kecacatan permanen yang disebabkan oleh stroke adalah 4,5 jam. Oleh sebab itu, pasien stroke harus segera mendapatkan penanganan di rumah sakit yang tepat.

 

Sayangnya sebagian besar pasien terlambat ke rumah sakit karena kurangnya pengenalan tanda-tanda peringatan stroke. Misalnya lidah pelo, kelumpuhan anggota gerak separuh, atau muka yang miring (merot) sebelah .

 

Terkait penanganan stroke yang cepat, Siloam Hospitals TB Simatupang, telah mendapatkan WSO Angels Awards dengan Gold Status sebanyak 2 kali sejak 2020 dan meningkat ke Diamond Status sebanyak 5 kali sejak 2023 karena pencapaian dalam penanganan stroke pada kurun waktu 60 menit. Dengan pencapaian ini, pada 15 Agustus lalu, Siloam Hospitals TB Simatupang meluncurkan layanan “Stroke Ready Hospital”.

 

Dalam pengenalan “Stroke Ready Hospital”, Siloam Hospitals TB Simatupang mengusung tagline “Right from the Start”. Tagline ini menyiratkan pentingnya penanganan stroke sejak dini untuk meminimalkan risiko kecacatan permanen. Tagline ini sesuai dengan pedoman umum penanganan stroke yaitu “Time is Brain.” Dengan fasilitas dan keahlian seluruh tim ahli Siloam Hospital TB Simatupang mampu mengurangi door to needle time dari 75 menit ke 37 menit. Artinya, lebih cepat 38 menit dari waktu penanganan stroke pada umumnya.

 

Aritmia Penyebab Stroke yang Kerap Diabaikan

Di awal sudah disinggung bahwa salah satu pemicu stroke adalah aritmia atau gangguan irama jantung. Menurut dr. Peter Gunawan Ng, SpN, FAf Neurologie (DE), “Gejala aritmia tidak boleh dianggap remeh karena gangguan irama jantung dapat meningkatkan risiko berbagai komplikasi serius, seperti pembekuan darah di jantung dan emboli yang menyumbat pembuluh darah di otak yang memicu stroke.”

 

Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP (K), FIHA, Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah menambahkan, bahwa untuk penanganan stroke selama tahap akut, beberapa prosedur pembedahan dan pengobatan mungkin diperlukan dan unit perawatan stroke yang memadai terbukti mampu mengurangi risiko kematian dan kecacatan pada pasien.

 

Terapi trombolitik dengan rtPA merupakan terapi yang direkomendasikan oleh Heart American Heart Association/American Stroke Association (AHA/ASA) dan European Stroke Organization (ESO) untuk pasien dengan stroke iskemik akut yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

 

Terapi trombolitik akan mengurangi kecacatan sedang hingga berat, sampai 30%. Tindakan prosedur trombolitik dapat dilakukan setelah pasien melakukan pemeriksaan diagnostic, yaitu CT-Scan, dan dapat dilanjutkan therapi thrombolysis bila dinyatakan stroke dengan sumbatan. Ini yang menjadi unggulan Siloam TB Simatupang yaitu Trombolysis at CT-Scan,” jelas prof. Yoga.

 

Setiap 30 menit, satu pasien stroke yang seharusnya bisa diselamatkan, meninggal dunia atau cacat permanen, karena dirawat di rumah sakit yang salah. Karena itu, penerapan konsep unit komprehensif pelayanan stroke terpadu di rumah sakit telah terbukti efektif menekan angka kematian dan menurunkan derajat kecacatan dan lama perawatan.