Saat ini stroke masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Secara global stroke merupakan penyebab kematian nomor dua dan penyebab kecacatan nomor tiga (WHO, 2021). Terdapat 131,8 kasus kematian per 100 ribu penduduk karena stroke (Kemenkes RI, 2023). Sementara data yang didapatkan dari Instalasi Rekam Medis RS Pusat Otak Nasional, stroke selalu menempati urutan pertama dalam sepuluh penyakit terbanyak sejak 2018 hingga triwulan pertama 2024. Data jumlah pasien stroke rawat inap tahun 2023 sebanyak 4.890 pasien.

 

Salah satu penyebab stroke adalah penyempitan pembuluh darah karotid, yaitu pembuluh darah yang menghubungan jantung dan otak. Ketika terjadi penyempitan, maka darah tidak dapat mengalir ke otak dan terjadi stroke. Menurut dr Nandini Phalita Laksmi, Sp.S dari RS PON, sekitrar 80% persen kasus stroke adalah kasus stroke sumbatan, jumlahnya 3 dari 5 kasus stroke.

 

“Penyempitan di pembuluh darah karotid ini biasanya karena plak. Plak terjadi karena ada kelainan atau kerusakan di dinding pembuluh darah, biasanya disebabkan hipertensi, membuat banyak partikel yang menempel, menumpuk, dan menghalangi aliran darah,” jelas dr. Nandini dalam peluncuran layanan terbaru di RS PON yaitu Comprehensive Carotid Center, Selasa, 29 Oktober 2024 atau bertepatan dengan peringatan Hari Stroke Sedunia.

 

Intervensi pembuluh darah carotid untuk cegah stroke berulang

Menurut dr. Nandini, pasien datang ke rumah sakit umumnya sudah dalam kondisi stroke. Pasien kemudian akan langsung menjalani prosedur diagnostik, berupa USG untuk melihat apakah terdapat sumbatan di karotid dan seberapa besar sumbatannya.

 

“Jika terbukti memang ada sumbatan, maka kita lakukan trombolisis atau pemberian obat untuk melancarkan aliran darah kembali. Untuk mencegah stroke berulang, maka dilakukan intervensi di pembuluh darah karotid, baik itu dengan membersihkan sumbatan dari plak atau memasang stent,” jelas dr. Nandini.

 

Ditambahkan dr. Adiel Amaris Syah, dokter spesialis bedah dan subspesialis bedah vaksular, bahwa prosedur membersihkan plak baik disertai dengan pemasangan stent maupun tidak, dilakukan melalui pembedahan. Biasanya pembedahan dilakukan jika penyempitannya mencapai lebih dari 50%. Sayatan akan dibuat di leher untuk mengakses pembuluh darah karotid, kemudian plak dibuang, dan sayatan ditutup lagi.

“Prosedur ini membutuhkan tim terpadu. Terdiri dari dokter spesialis saraf, bedah saraf, radiologi, anestesi, dan tim pendukung lainnya,” jelasnya. Oleh karena itu keberadaan Comprehensive Carotid Center di RS PON diharapkan bisa memberikan penanganan terbaik pasien, mulai mulai diagnosis, pencegahan, perawatan, hingga rehabilitasi.

 


Comprehensive Carotid Center

Peluncuran Comprehensive Carotid Center di RS PON dilakukan dengan menyelenggarakan workshop dan seminar gratis yang akan dihadiri oleh berbagai rumah sakit jejaring stroke nasional. Kegiatan ini juga melibatkan para pakar stroke terkemuka dari dalam dan luar negeri.

 

dr. Adin Nulkhasanah, Sp.S, MARS, Direktur Utama RS PON mengatakan, saat ini masih ada keterbatasan sarana untuk penanganan stroke, terutama di daerah. Penangan stroke yang utama adalah kecepatan tindakan sehingga tidak semakin banyak kerusakan di otak yang berpotensi menimbulkan kecacatan. Namun, upaya pencegahan juga tidak kalah penting.

 

Layanan Comprehensive Carotid Center ini menjadi kunci dalam upaya pencegahan stroke dan diharapkan mampu menurunkan angka kecacatan dan kematian yang disebabkan oleh stroke. Dengan fokus pada deteksi dini dan penanganan masalah pada arteri karotis, layanan ini menjadi langkah penting dalam memitigasi risiko terjadinya stroke pada pasien di Indonesia,” tambah dr. Adin.

 

Sebagai bagian dari upaya peningkatan layanan ini, RS PON juga bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam mengembangkan carotid artery model.

 

Model ini merupakan model pertama di tanah air yang mampu mensimulasikan arteri karotis dengan kondisi yang mendekati kondisi pada tubuh manusia. Model inovatif ini dirancang untuk membantu para ahli dalam mempersiapkan tindakan operasi pada arteri karotis secara lebih efektif dan presisi,” jelas Muhammad Shiddiq Sayyid Hashuro, S.T, M.Eng., Ph.D., Pakar Teknik Biomedia dan Neuroscience dari Institut Teknologi Bandung.

 

Dan untuk pertama kalinya, model ini akan diuji cobakan pada workshop peluncuran layanan Comprehensive Carotid Center, yang diikuti lebih dari 50 orang ahli dari seluruh Indonesia.

 

drg. Yuli Astuti Saripawan, M.Kes, selaku Direktur Pelayanan Rujukan, menjelaskan bahwa saat ini Kemenkes memiliki program pencegahan stroke yang sudah bisa dilakukan di semua faskes pertama. “Pencegahan dilakukan dengan skrining faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, dislipidemia atau kolesterol tinggi. Jika perlu penanganan lebih lanjut maka pasien dapat dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas lebih lengkap. Semua penanganan ini sejak skrining, diagnosis, hingga terapi ditanggung oleh BPJS.”