Memiliki momongan merupakan suatu hal yang dimimpikan hampir seluruh orang, terutama bagi mereka yang sudah menikah. Namun, tidak sedikit pasangan yang memutuskan tidak punya anak, terutama generasi milenial. 

 

Beberapa pasangan sudah lama menikah yang tidak punya keturunan akibat faktor biologis, sehingga perlu melakukan program kehamilan dan melakukan penantian yang cukup lama untuk mendapatkan keturunan. Lalu bagaimana dengan pasangan yang lebih memutuskan tidak punya anak?

 

Melihat di luar sana banyak sekali yang berusaha keras medapatkan keturunan, keputusan tersebut kerap kali diangap sebagai egois. Masyarakat kerap menghakimi bahwa keputusan tersebut hanya mementingkan diri sendiri dan belum memiliki kesiapan untuk membangun sebuah keluarga.

 

Baca juga: Makin Banyak Wanita Enggan Punya Anak, Ini Alasannya!

 

Asumsi tersebut masih cukup sering didengar hingga tahun ini, terutama berasal dari golongan orangtua. Apakah benar demikian? Apakah pandangan masyarakat seperti itu kemudian membuat nyalimu ciut untuk memutuskan tidak punya keturunan?

 

Keinginan untuk tidak memiliki keturunan atau anak dikenal dengan sebutan childfree sebenarnya bukan hal yang baru di Indonesia.  Sejak beberapa dekade yang lalu sudah ada pasangan yang memiliki pola pikir seperti ini.

 

Artinya, pemikiran seperti itu bukan juga karena pengaruh budaya asing seperti yang digembar-gemborkan orang. Hanya saja, istilah childfree baru meledak di jagat maya karena banyak digunakan para milenial yang sudah menikah. Akhirnya, cukup banyak yang terkejut dengan konsep childfree ini.

 

Baca juga: Punya Anak Tanpa Direncanakan? Begini Cara Menghadapinya

 

Memutuskan Tidak Punya Anak Apakah Egois?

Memutuskan tidak punya anak atau childfree jika dihubungkan dengan keegoisan, menurut para ahli tidak ada sangkut pautnya. Keduanya hal yang berbeda dan berasal dari buah pikiran dan tujuan yang jelas. Menunda memiliki anak dalam jangka waktu tertentu tidak otomatis membuat mereka lebih mementingkan diri sendiri ketimbang orang lain.

 

Pakar Sosiologi, Robert Reed berujar, “Tidak ada studi empiris yang menunjukan orang-orang ang memilki pemahaman childfree lebih egois daripada orang yang memiliki  anak.”

 

Pasangan yang memutuskan tidak punya anak juga mementingkan orang lain, tidak hanya tentang dirinya sendiri. Mereka semua sama seperti manusia lainnya hanya  pola pikir saja yang membedakan. Jadi, tidak ada buktinya jika pasangan yang memutuskan tidak punya anak memiliki tingkat egois yang lenih tinggi.

 

Sebuah penelitian yang berjudul Parenthood as a Moral Imperative? Moral Outrage and the Stigmatization of Voluntary Childfree Women and Men juga menyimpulkan hal yang sama dengan pernyataan di atas.

 

Kemudian Tomas Frejka, seorang peneliti dalam risetnya yang berjudul Childlessness in the Unites States, menyatakan bahwa dibandng dekade 1970-an pilihan untuk tidak mempunyai anak meningkat dari 10 persen menjadi 20 persen di tahun 2000-an.

 

Sementara itu, laporan dari International Business Times melaporkan bahwa Australian Bureau of Statistic menilai akan lebih banyak pasangan berkeluarga yang memilih untuk tidak punya anak di antara tahun 2023-2029.

 

Ada banyak alasanan mengapa pasangan menikah memutuskan tidak punya anak. Mulai dari latar belakang keluarga, kesehatan, pertimbangan gaya hidup, alasan finansial, alasan emosional atau maternal insting hingga komitmen pasangan kepada sosial. Artinya mereka memiliki pandangan bahwa di luar sana masih banyak anak-anak kurang beruntung yang membutuhkan uluran tangan orang-orang seperti mereka.

 

Baca juga: Tantangan Mengasuh Anak Generasi Alfa

 

Mengapa Ada Anggapan Seperti Itu?

Budaya yang sudah mengakar kuat di masyarakat bahwa pasangan menikah tujuannya untuk memiliki keturunan dan menjaga keberlagsungan hidup manusia agar menjadi insan yang berguna. Hal tersebut sudah seperti norma dan kewajiban ‘tidak tertulis’ di masyarakat. Oleh karena itu, jika Kamu dan pasangan memiliki pemahaman yang ‘baru’ dan menunda-nunda cita-cita tersebut akan muncul penilaian sebagai orang yang egois.

 

Akan tetapi, Kamu juga tidak bisa menyalahkan pendapat tersebut karena sudah mengikat kuat dalam nilai-nilai sosial. Masyarakat kita menganggap keputusan tidak punya anak bagi pasangan yang sudah menikah sebagai sesuatu yang tabu, sesuatu yang tidak bisa diterima dalam konteks agama maupun kehidupan sosial. Jadi, untuk merubahnya diperlukan waktu yang tidk singkat dan pendekatan yang personal.

 

 

Referensi

Theguardian.com. Choice child free admirable not selfish. 

Mnn.com. Parents morally outraged about childless. 

Degruyter.com. Sentiments of childless woman.