Penanganan terhadap kondisi gangguan mental untuk paraphilia, antara lain:
1. Terapi Psikoanalisis. Terapi yang membuat pasien menjadi menyadari bahwa kebutuhan menghukum diri sendiri adalah sekunder akibat perasaan bersalah pada bawah sadar yang berlebihan. Mengenali impuls agresif mereka yang terepressi, yang berasal dari masa anak-anak awal.
2. Orgasmic reorientation, yang bertujuan membuat pasien belajar untuk menjadi lebih terangsang pada stimulus seksual yang konvensional. Dalam prosedur ini pasien dihadapkan pada stimulus perangsang yang konvensional, sementara mereka memberi respons seksual terhadap rangsangan lain yang tidak konvensional. Terdapat pula teknik lain yang umum digunakan, seperti pelatihan social skills.
3. Teknik Kognitif, yang digunakan untuk mengubah pandangan yang terdistorsi pada individu. Diberikan pula pelatihan empati agar individu memahami pengaruh perilaku mereka terhadap orang lain.
4. Teknik Biologis, intervensi biologis yang sempat banyak diberikan adalah dengan melakukan kastrasi atau pengangkatan testis. Baru-baru ini, penanganan biologis yang dilakukan melibatkan obat-obatan. Beberapa obat yang digunakan adalah medroxyprogesterone acetate (MPA) dan cyptoterone acetate.
Kedua obat tersebut menurunkan tingkat testosteron pada laki-laki, untuk menghambat rangsangan seksual. Walaupun demikian, terdapat masalah etis daripenggunaan obat, karena pemakaian waktu yang tidak terbatas serta efek samping yang mungkin muncul dari pemakaian jangka panjang.
5. Pengobatan gangguan paraphilia biasanya berusaha untuk mengurangi dorongan seksual dan perilaku melalui terapi perilaku, digunakan untuk mengidentifikasi pemicu yang menyebabkan perilaku yang tidak diinginkan dan mengarahkan perilaku mereka dalam cara-cara yang sesuai sosial, dan melalui penggunaan intervensi psychopharmaceutical.
Penggunaan antiandrogen, termasuk medroxyprogestrone dan cyproterone, bersama dengan antipsikotik mengurangi reaksi fisik dan gejala psikologis yang berkaitan dengan kelainan seksual.