Tahukan Geng Sehat, demam berdarah dengue atau DBD sudah berusia 57 tahun di Indonesia. Artinya, penyakit ini pertama kali ditemukan di Indonesia di tahun 1968 di Surabaya. Sejak saat itu penyakit DBD ada sepanjang tahun, dengan bulan-bulan tertentu mencapai puncaknya. DBD bisanya memuncak di musim hujan, yaitu sekitar bulan Desember-Maret.

 

Tahun 2024, kasus kematian akibat DBD di Indonesia tercatat menjadi yang tertinggi yaitu 1.400 kematian. Indonesia menyumbang 50% kematian akibat dengue di ASEAN dan 10% untuk seluruh dunia. 

 

Sampai dengan minggu ke-14 2025, atau data per 13 April 2025, Kementerian Kesehatan RI mencatat sebanyak 38.740 kasus dengue di Indonesia dengan kematian sebanyak 182 kasus.

 

Dalam media briefing bertajuk “Waspada DBD: Lindungi Keluarga, Selamatkan Masa Depan, ” di Jakarta (23/4) dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD, Ph.D, KEMD, Wakil Menteri Kesehatan RI, mengatakan bahwa dengue tidak bisa diselesaikan oleh Kemenentrian Kesehatan saja. Acara ini merupakan kerjasama PT Takeda Innovative Medicines dengan Kementerian Kesehatan RI untuk mendorong pentingnya edukasi dan pencegahan terhadap dengue. Acara ini merupakan bagian dari kampanye berkelanjutan CegahDBD yang telah berjalan sejak tahun 2023.

Penanganan dengue yang paling penting adalah pencegahan. Kita sudah melakukan kampanye 3M Plus dimana-mana. Langkah selanjutnya adalah inovasi pengobatan baru, salah satunya vaksin dengue. Dengan aksi nyata, kita harapkan bisa mewujudkan nol kematian akibat pada 2030. Saya mengutip tagline dari Doraemon, jika kita menyatukan kekuatan, tidak ada yang tidak mungkin kita capai.”

 


Dengue ada sepanjang tahun dan bukan penyakit ringan

dr. Fadjar SM Silalahi, Ketua Tim Kerja Arbovirosis, Kementerian Kesehatan RI menambahkan, tahun 2024 adalah kasus tertinggi kematian akibat DBD sepanjang sejarah, setelah 2016. “Ada berbagai faktor penyebanya, salah satunya perubahan iklim. Dari 1.400, terbanyak adalah ana-anak. Tahun 2025ini memang terjadi penurunan, namun menurun bukan berarti masalah selesai karena pola cuaca berubah. Yang jelas pola penyakit dengue ada sepanjang tahun dan kita perlu waspada sepanjang tahun.”

 

dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc, Sp.PD, FRSPH, FINASIM, Spesialis Penyakit Dalam, menjelaskan bahwa dengue bukan sekadar demam yang bisa sembuh dengan sendirinya. “Padahal, kenyataannya jauh lebih serius. Dengue bisa berkembang cepat dan menimbulkan komplikasi berat, seperti dengue shock syndrome (DSS), perdarahan hebat, dan penurunan drastis jumlah trombosit, yang bisa berujung pada kondisi gawat darurat—terutama pada anak-anak, lansia, atau individu dengan penyakit penyerta.”

 

Selain itu, lanjut dr. Dirga, banyak masyarakat tidak mengerti adalah bahwa seseorang bisa terinfeksi dengue lebih dari satu kali, karena virus dengue memiliki empat serotipe berbeda, dan infeksi berikutnya justru bisa membawa risiko yang lebih tinggi terhadap keparahan, terutama orang-orang dengan penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes, dan ginjal kronik.”

 

dr. Dirga menambahkan, “Sampai saat ini belum ada obat spesifik untuk mengatasi dengue. Satu-satunya cara terbaik yang kita miliki adalah mencegah. Dan pencegahan ini harus menyeluruh, dimulai dari mengendalikan vektor nyamuk dengan 3M Plus, edukasi yang berkelanjutan, dan yang tidak kalah penting adalah menambah perlindungan menggunakan metode yang inovatif seperti vaksinasi, yang kini telah direkomendasikan penggunaannya oleh asosiasi medis bagi anak-anak dan orang dewasa, tanpa memandang riwayat infeksi dengue sebelumnya. Artinya, orang yang belum pernah terkena denguepun bisa mendapatkan vaksinasi. Namun, untuk mencapai perlindungan yang optimal, seseorang perlu mendapatkan dosis vaksin dengue sesuai yang direkomendasikan dokter.”

 

Tasya Kamila, mantan artis cilik yang kini sudah memiliki 2 anak, membagikan pengalamannya melakukan vaksin dengue untuk keluarga. Meskipun ia dan keluarga belum pernah mengalami dengue, namun ia paham bahaya dengue atau DBD. Taysa sudah melakukan vaksin dua dosis untuk ia dan suaminya. “Sebentar lagi Arasya juga berulangtahun ke-6 dan saya berencana memberikan hadiah ulang tahun vaksin dengue,” ujar Tasya.

 

Vaksin dengue diberikan mulai usia 6 tahun sampai 45 tahun, dalam dua dosis. Pencegahan selalu lebih baik daripada mengobati. Jadi kalau kita bisa mencegah, kenapa harus menunggu sampai ada yang sakit dulu? (AY)