Bagi Anda yang pernah menderita penyakit radang usus mungkin telah mengalami beberapa gejala yang muncul, seperti sakit perut, diare, kelelahan, penurunan berat badan yang drastis, dan lain sebagainya. Namun, hal ini sedikit berbeda dengan warga Amerika Serikat. Para ahli medis di negara tersebut pun belum dapat memastikan mengapa sekitar 565.000 warganya dapat menderita penyakit tersebut.
Sebagian besar ilmuwan mengira jika sistem imun yang dimiliki para penderita sedang tidak stabil. Hal tersebut diperkirakan karena adanya perkembangan bakteri di dalam sistem pencernaan pasien. Saat ini, sebuah penelitian telah membuktikan jika terdapat jamur yang spesifik dan dua jenis bakteri yang disimpulkan menjadi dalang dari munculnya radang usus tersebut. “Dari sekian banyak jenis bakteri dan jamur yang seringkali hidup serta berkembang di dalam tubuh manusia, ditemukan tiga jenis bakteri yang memiliki korelasi tinggi dengan pasien,” jelas seorang professor dan pemimpin Center for Medical Mycology at Case Western Reserve dan University Hospitals Cleveland Medical Center, Mahmoud A. Ghannoum.
Baca juga: Mengenal Penyakit Kolitis (Radang Usus)
Pada penelitian sebelumnya, telah diidentifikasi jika bakteri E.Coli yang berkontribusi paling tinggi. Namun, penelitian terbaru menemukan jenis bakteri Serratia marcescens dan jamur Candida tropicalis juga ikut berkontribusi dalam pembentukan penyakit radang usus. Ghannoum kembali menjelaskan jika peradangan di usus dapat saja muncul akibat dua faktor. Pertama adalah faktor genetik dan kedua karena faktor lingkungan, termasuk makanan yang telah dikonsumsi pasien. Pada penelitian terbaru, dilakukan pengujian terhadap dua kelompok yang berbeda. Kelompok pasien pertama yang memiliki faktor genetik akan penyakit radang usus dan kedua adalah kelompok orang yang memiliki kondisi fisik sehat atau normal.
Faktor genetik dianggap penting karena sebagai keluarga yang tinggal bersama, mereka berbagi gen, peralatan rumah tangga, dan makanan. Selain itu, hal ini pun memudahkan para peneliti untuk menentukan berbagai mikro bakteri yang menjadi penyebab munculnya penyakit radang usus. Kemudian hasilnya, ternyata benar terdapat lebih banyak jumlah bakteri E. coli, Serratia marcescens, dan Candida tropicalis pada tubuh pasien yang memiliki faktor genetik radang usus ketimbang dengan yang tidak. Namun, tak berhenti di situ. Para peneliti memberikan sedikit pengujian tambahan khususnya untuk mencari tahu mengenai dampak jika kedua bakteri dan jamur tersebut tergabung dalam satu tubuh manusia dengan kondisi fisik normal. Hasilnya ternyata sama yaitu menimbulkan dampak layaknya peradangan seperti pasien sebelumnya.
Baca juga: Usus Buntu, Makanankah Penyebabnya?
Cara pencegahan dan penyembuhan radang usus
Para ahli medis menggunakan berbagai jenis obat resep untuk membantu mengurangi kemungkinan peradangan pada usus, serta yang terpenting adalah untuk mencegah munculnya gejala penyakit yang lebih serius. Namun, hingga saat ini masih dilakukan penelitian untuk menemukan cara lain yang lebih efektif untuk mengobati penyakit ini. Sebab, peradangan kronis seperti ini dapat memicu terjadinya kesalahan nutrisi di tubuh dan berujung pada kondisi kelelahan yang berlebihan. Dalam beberapa kasus, penyakit radang usus hanya dapat ditangani dengan cara operasi. Sedangkan jika pasien memaksakan tidak melakukan operasi, justru akan meningkatkan risiko terjadinya kanker usus dan berbagai masalah kesehatan lainnya seperti anemia, osteoporosis, dan penyakit liver.
Baca juga: Sering Terkena Masalah Pencernaan? Bisa Jadi Sindrom Usus Bocor!
Seiring berjalannya waktu, terus dilakukan berbagai penelitian yang khusus berinovasi untuk mengembangkan obat radang usus. Satu kemungkinan yang diciptakan adalah pencampuran probiotik dengan bermacam-macam bakteri yang tujuannya untuk mengontrol bakteri jahat pemicu penyakit radang usus. Intinya jenis obat ini diusahakan untuk mengobati pasien yang terinfeksi dua jenis bakteri dan jamur penyebab radang usus dalam satu tubuh secara bersamaan.