Obat Alergi yang Aman untuk Anak, Apakah Boleh Diberi Antihistamin?
Alergi bisa terjadi pada siapa saja, termasuk pada balita. Pertanyaannya, jika alergi apakah anak boleh minum antihistamin sebagaimana yang berlaku pada orang dewasa?
Nama Paten :
Borraginol-S, Chloramfecort H, Eltazon, Ifison, Inflason, Klorfeson, Kokosone, Lexacort, Pehacort, Berllco, Remacort
(ISO vol.50)
Prednisone merupakan obat yang digunakan sebagai antiradang atau pengobatan imunosupresan. Obat ini juga digunakan untuk terapi berbagai kondisi seperti alergi, ulseratif kolitis (radang usus besar), arthritis (radang sendi), lupus, psoriasis (radang kulit), atau gangguan pernapasan.
Prednisone merupakan obat kortikosteroid yang mencegah pelepasan senyawa dalam tubuh yang menyebabkan radang (inflamasi). Obat ini juga menekan sistem imun tubuh.
Hampir sama seperti kebanyakan jenis obat, obat ini juga dapat memiliki beberapa efek samping saat dikonsumsi.
1. Efek samping yang umum terjadi adalah keresahan, kegelisahan, penglihatan kabur, penurunan jumlah urin, pusing, detak jantung atau denyut nadi cepat, lambat, berdebar, atau tidak teratur, sakit kepala, perubahan mood, telinga berdengung, sesak napas, penambahan berat badan, pembengkakan jari, tangan, kaki, atau kaki bagian bawah, kesulitan berpikir, berbicara, atau berjalan.
2. Efek samping yang insidennya tidak diketahui misalnya kram perut, tinja/kotoran berdarah atau hitam, batuk atau suara serak, penurunan tinggi badan, penglihatan menurun, diare, mulut kering, sakit mata, pertumbuhan rambut wajah pada wanita, pingsan, demam, wajah bulat, meningkatkan rasa lapar dan rasa haus, kehilangan hasrat atau kemampuan seksual, ruam kulit, ketidakteraturan menstruasi, mual, muntah, kesulitan tidur, dan nyeri otot.
Kamu yang menggunakan obat ini, perlu memperhatikan beberapa hal berikut:
1. Ikuti semua aturan sesuai dengan anjuran dokter dan jangan menggunakan dosis obat berbeda atau dalam jangka lebih panjang daripada yang direkomendasikan.
2. Jangan menghentikan penggunaan obat ini tanpa anjuran dokter.
3. Jangan mengunyah, membelah, atau menghancurkan tablet prednisone. Minum tablet tersebut secara utuh.
4. Penggunaan prednisone dalam jangka panjang dapat menyebabkan osteoporosis (tulang keropos) terutama bagi Kamu yang merokok, jarang olahraga, dan asupan vitamin D rendah. Konsultasikan ke dokter mengenai risiko ini.
5. Hati-hati jika prednisone diberikan pada anak-anak karena dapat mempengaruhi pertumbuhan anak-anak.
6. Konsultasikan ke dokter jika Kamu hamil, merencanakan kehamilan, atau menyusui.
Yang tidak kalah penting dari pemakaian ialah cara penyimpanan. Simpan obat ini pada suhu ruang, jauhkan dari lembab dan panas.
Sebelum menggunakan obat ini, perlu Kamu ketahui kalau dosis yang dianjurkan oleh dokter merupakan dosis terbaik karena dokter memberikan obat sesuai dengan kondisi kesehatan dan tingkat keparahan penyakit. Adapun dosis yang umum diberikan melalui oral:
1. Untuk mengatasi alergi, dosisnya 30 mg pada hari pertama, kemudian dikurangi 5 mg/hari hingga 21 tablet telah diberikan.
2. Sebagai obat tambahan dalam terapi penyakit Pneumocystis carinii pneumonia, dosisnya 40 mg 2 kali sehari untuk 5 hari diikuti oleh 40 mg satu kali sehari selama 5 hari, kemudian 20 mg sekali sehari selama 11 hari atau sampai selesainya rejimen anti infeksi. Harus dimulai dalam 24-72 jam terapi antipneumosistis awal.
3. Untuk terapi asma akut, dosisnya 40-60 mg / hari sebagai satu atau dua dosis terbagi selama 3-10 hari atau lebih lama.
4. Untuk pengobatan tuberculosis paru-paru, dosisnya 40-60 mg/hari, kemudian dosis dikurangi setelah 4-8 minggu.
5. Untuk pengobatan rheumatoid arthritis (peradangan sendi), dosisnya ≤10 mg/hari.
6. Untuk [engobatan idiopathic thrombocytopenic purpura, dosisnya 1-2 mg/kg/hari.
7. Untuk multiple sklerosis (penyakit yang menyerang sistem saraf pusat terutama otak, tulang belakang) akut: 200 mg/hari untuk 1 minggu, kemudian dilanjutkan 80 mg setiap hari dalam 1 minggu.
Interaksi obat dapat mengubah kinerja obat atau meningkatkan risiko efek samping yang serius. Oleh karena itu, yang perlu Kamu ingat ialah untuk tidak memulai, menghentikan, atau mengganti dosis obat tanpa persetujuan atau anjuran dokter. Prednisone dapat:
1. Meningkatkan efek glikosida jantung dan cyclophosphamide.
2. Membuat peningkatan eksresi/ pengeluaran Kalium dengan aluretik atau laksatif.
3. Menurunkan efek hipoglikemik (menurunkan kadar gula darah) pada obat antidiabetes.
4. Mengubah efek antikoagulan koumarin.
5. Meningkatkan risiko pendarahan saluran cerna dengan NSAID.
6. Memperpanjang efek relaksasi otot dengan obat relaksan otot non-depolarising.
7. Meningkatkan tekanan intraokular dengan atropine dan antikolinergik lainnya.
8. Menurunkan konsentrasi serum praziquantel.
9. Meningkatkan risiko miopati/ kardiomiopati (kelemahan otot jantung) dengan chloroquine, hydroxychloroquine, mefloquine.
10. Menurunkan efek somatropin.
11. Efek prednisone dapat meningkat dengan estrogen.
12. Efek prednisone menurun dengan rifampicin, phenytoin, barbiturates, bupropion and primidone.
13. Meningkatkan kadar ciclosporin dalam darah.
14. Meningkatkan risiko hipokalemia (kadar kalium rendah dalam tubuh) dengan amphotericin B.
15. Meningkatkan risiko perubahan jumlah darah dengan ACE inhibitor.
16. Penurunan penyerapan prednisone jika digunakan bersamaan dengan antasida yang mengandung Alumunium dan Magnesium.
17. Menurunkan respon tubuh terhadap vaksin.
Sumber:
ISO Vol.50
mims.com Prednisone
drugs.com Prednisone
Direktori