Obat Alergi yang Aman untuk Anak, Apakah Boleh Diberi Antihistamin?
Alergi bisa terjadi pada siapa saja, termasuk pada balita. Pertanyaannya, jika alergi apakah anak boleh minum antihistamin sebagaimana yang berlaku pada orang dewasa?
Nama Paten :
Condiabet, Daonil, Diacella, Euglucon, Glidanil, Gluconic, Gluconin, Glucovance, Glulo, Glyamid, Harmida, Latibet, Libronil, Merzanil, Minkosa, Padonil, Prodiabet, Renabetic, Trodeb, Vorbet.
(http://pionas.pom.go.id/monografi/glibenklamid)
Diabetes tipe 2 merupakan salah satu penyakit kronis yang sering dialami oleh orang-orang lanjut usia. Namun, gaya hidup yang tidak sehat juga dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit ini di usia muda.
Penyakit diabetes tipe 2 dapat terjadi karena hormon insulin dalam tubuh tidak bekerja secara optimal dalam mengontrol kadar gula darah. Meski kondisi ini tidak dapat disembuhkan, diabetes tipe 2 dapat dikelola agar tidak menimbulkan komplikasi penyakit lain. Salah satu obat yang dapat digunakan untuk membantu kondisi ini adalah glibenclamide.
Glibenclamide bekerja dengan cara menghasilkan insulin, agar dapat menurunkan kadar gula darah dalam tubuh.
Penggunaan obat glibenclamide pada penderita diabetes tipe 2 juga dapat memberikan beberapa efek samping, seperti mual, perut terasa kembung, rasa panas pada dada, gatal-gatal, ruam kemerahan, erupsi makulopapular, angioedema (bengkak bawah kulit yang disebabkan reaksi alergi), atralgia (nyeri sendi), mialgia (nyeri otot), dan vaskulitis (peradangan pada pembuluh darah).
Beberapa efek samping yang jarang terjadi adalah penyakit kuning, leukopenia (kekurangan leukosit), trombositopenia (kekurangan trombosit), pansitopenia (keadaan berkurangnya jumlah sel dari semua jalur eritrosit, leukosit, dan trombosit), aplastik anemia (sumsum tulang belakang berhenti memproduksi sel darah baru), serta anemia hemolitik (penyakit anemia yang terjadi ketika sel-sel darah merah mati lebih cepat daripada kecepatan sumsum tulang menghasilkan sel darah merah). Efek samping yang berpotensi fatal adalah hipoglikemia.
Pastikan pasien menggunakan glibenclamide sesuai dengan anjuran dokter. Jangan menggunakan obat dengan dosis lebih besar atau lebih kecil daripada yang sudah dianjurkan. Sebaiknya konsultasikan dahulu dengan dokter sebelum menggunakan glibenclamide pada kondisi pasien yang menderita gangguan ginjal dan hati, pasien yang berusia lanjut, serta ibu hamil dan menyusui.
Pemberian dosis bagi penderita diabetes tipe 2 pada saat awal berkisar antara 2,5-5 mg/hari. Dosis ini dapat ditingkatkan per minggu sekitar 2,5-15 mg/hari. Untuk dosis maksimal adalah 20 mg/hari.
Hati-hati saat menggunakan obat glibenclamide bersamaan dengan jenis obat lain karena dapat menimbulkan beberapa interaksi seperti berikut:
1) Kadar glibenclamide dalam darah dapat menurun jika digunakan bersamaan dengan colesevelam.
2) Efek hipoglikemik glibenclamide dapat meningkat jika diberikan bersamaan dengan antidepresan golongan MAOI, chloramphenicol, fluoroquinolones (ciprofloxacin), probenecid, NSAID, ACE inhibitor, fluoxetine, disopyramide, clarithromycin, salicylates, sulfonamides, dan β-blocker.
3) Kadar glibenclamide dalam darah dapat meningkat jika diberikan bersamaan dengan antibiotik antifungal (miconazole, fluconazole).
4) Efek hipoglikemia dari glibenclamide menurun jika diberikan bersamaan dengan diuretik thiazide dan non thiazide (furosemide), corticosteroids, phenothiazines, thyroid agent, oestrogen, phenytoin, nicotinic acid, sympathomimetic agent, rifampicin, Ca channel blocker, serta isoniazid.
5) Glibenclamide dapat meningkatkan efek hepatotoksik dari obat bosentan dan berakibat fatal.
5) Alkohol jika diminum bersamaan dengan glibenclamide dapat menimbulkan reaksi disulfiram-like yang jarang.
Sumber:
Pusat Informasi Obat Nasional: glibenklamid
mims.com: glibenclamide
Direktori