Penanganan Tuntas Neuralgia Trigeminal Si Penyebab Nyeri Paling Parah di Dunia
Penyakit neuralgia trigeminal dijuluki suicide disease karena banyak pasien yang mencoba melakukan bunuh diri karena nyeri. Tapi, kondisi ini bisa diterapi.
Nama Paten :
Durogesic, Fentanyl Citrate, Fentanyl-Hameln.
(http://pionas.pom.go.id/monografi/fentanil)
Setelah menjalani operasi, sering kali tubuh merasakan nyeri yang tidak tertahankan. Untuk mengatasinya, biasanya dokter akan menyarankan penggunaan obat fentanyl untuk meredakan gejala yang dialami.
(https://www.drugs.com/fentanyl.html)
Fentanyl merupakan jenis obat analgesik golongan opioid poten, yang bekerja dengan cara meningkatkan ambang rasa nyeri.
(http://www.mims.com/indonesia/drug/info/fentanyl/?type=brief&mtype=generic)
Selain dapat mengurangi rasa nyeri yang dialami setelah menjalani operasi atau prosedur medis lain, fentanyl ternyata juga memiliki beberapa efek samping yang umum terjadi, seperti demam, penurunan fungsi pernapasan, mual, muntah, diaforesis (keringat berlebihan), dan hipoventilasi (napas terlalu pendek atau lambat).
(https://www.drugs.com/sfx/fentanyl-side-effects.html)
Fentanyl biasanya diberikan secara injeksi oleh tenaga medis untuk anastesi, sebelum dilakukan operasi atau prosedur medis lainnya. Jangan berikan fentanyl pada pasien yang alergi terhadap fentanyl atau obat antinyeri narkotik lainnya. Sebelum menggunakan obat ini, beritahukan kepada dokter jika sedang hamil atau sedang menyusui.
(https://www.drugs.com/fentanyl.html)
Ada 3 jenis sediaan untuk obat fentanyl, yaitu buccal (digunakan di dalam sisi pipi dari gigi belakang), sublingual (digunakan di bawah lidah), dan nasal (diberikan lewat hidung). Untuk setiap sediaan, berikut dosis yang dianjurkan:
1) Sediaan buccal
Mengatasi nyeri akibat kanker: Pasien yang sudah menerima dan dapat menoleransi pengobatan opioid, dalam bentuk tablet isap dosis awalnya adalah 200 mcg selama 15 menit tiap episode. Pemberian dapat diulangi 15 menit kemudian jika dibutuhkan. Dosis maksimal adalah 1,6 mg/dosis dan tidak boleh lebih dari 4 unit dosis harian. Dalam bentuk tablet, dosis awal adalah 100 mcg tiap episode dan dapat diulangi sekali setelah 30 menit jika dibutuhkan. Tunggu minimal 2 atau 4 jam sebelum mengobati episode lain. Sedangkan dalam bentuk film, dosis awal adalah 200 mcg per episode. Pengobatan untuk episode lain dapat diberikan setelah 2 jam berlalu.
2) Sediaan sublingual
Mengatasi nyeri akibat kanker: Dalam bentuk tablet, dosis awal adalah 100 mcg per episode. Ini dapat diulangi setelah 30 menit jika dibutuhkan. Tunggu minimal 2-4 jam sebelum mengobati episode lain. Dalam bentuk spray, dosis awal adalah 100 mcg per episode. Dapat diulangi lagi setelah 30 menit jika dibutuhkan. Tunggu minimal 4 jam sebelum mengobati episode lain.
3) Sediaan nasal
Mengatasi nyeri akibat kanker: Dosis awal adalah semprotkan 50 atau 100 mcg ke dalam lubang hidung tiap episode. Dapat diulangi setelah 10 menit dan tunggu minimal 2-4 jam sebelum memulai episode lain. Dosis maksimalnya 4 episode yang diatasi sehari.
4) Sediaan injeksi
Obat tambahan untuk anestesi total: Pasien yang bernapas secara normal bisa mendapatkan dosis awal 50-200 mcg, diikuti oleh dosis tambahan 50 mcg. Maksimal dosis penggunaan adalah 200 mcg. Diberikan dengan laju infus rendah dengan kecepatan 0,05-0,08 mcg/kg/menit.
Pada pasien yang bernapas menggunakan bantuan ventilasi, dosis awal adalah 300-3500 mcg (sampai 50 mcg/kg) diikuti tambahan dosis 100-200 mcg tergantung respons. Dosis muatan kira-kira 1 mcg/kg/menit. diberikan pada 10 menit pertama. Kemudian, dilanjutkan dengan infus kira-kira 100 ng/kg/min. Sediaan injeksi juga bisa diberikan 50-100 mcg sekitar 30-60 menit sebelum anestesi.
5) Sediaan transdermal (tempel di kulit):
Mengatasi nyeri kronis: Untuk pasien yang menerima opioid, tempelkan koyo yang melepas dosis kurang dari sama dengan 25 mcg/jam. Sesuaikan dosis berdasarkan respons. Ganti koyo setiap 72 jam dan tempelkan koyo pada daerah yang berbeda. Hindari penggunaan koyo di tempat yang sama selama beberapa hari.
(http://www.mims.com/indonesia/drug/info/fentanyl/?type=brief&mtype=generic)
Penggunaan obat fentanyl bersamaan dengan jenis obat lain dapat menimbulkan interaksi yang sebaiknya menjadi perhatian, yaitu:
1) Penggunaan fentanyl bersamaan dengan inhibitor CYP3A4 (erythromycin, clarithromycin, troleandomycin, azole antifungals, ritonavir, amiodarone, nefazodone, aprepitant, diltiazem, dan verapamil) akan meningkatkan kadar fentanyl dalam darah dan menyebabkan penurunan fungsi pernapasan serius.
2) Fentanyl dapat meningkatkan sindrom serotonin yang mengancam jiwa jika diberikan bersamaan dengan obat golongan SSRI, SNRI, dan MAOI.
3) Kadar fentanyl dalam darah dapat menurun jika diberikan bersamaan dengan obat turunan rifamycin.
4) Efek depresan dari fentanyl dapat meningkat jika diberikan bersamaan dengan obat anestesi total, obat penenang, barbiturat, dan narkotik.
5) Eksresi dari fentanyl dapat meningkat jika diberikan bersamaan dengan ammonium klorida.
6) Fentanyl dapat meningkatkan efek hipotensi jika diberikan bersamaan dengan phenothiazine.
7) Fentanyl dapat menurunkan efektivitas dari obat pegvisomant.
8) Fentanyl dapat meningkatkan efek depresan jika digunakan bersamaan dengan alkohol.
(http://www.mims.com/indonesia/drug/info/fentanyl/?type=brief&mtype=generic)
Direktori