Konferensi Nasional Perempuan Dorong Kesetaraan Gender dan Penuhi Hak Dasar Perempuan
Berbagai data menunjukkan bahwa ketimpangan gender masih menjadi tantangan besar di Indonesia, terutama di sektor kesehatan.
Nama Paten :
Cyclofem, Cyclogeston, Femoston, Gestin F1, Oestrogel.
(MIMS petunjuk konsultasi Ed. 17)
Setiap wanita akan mengalami menopause. Menopause sendiri merupakan kondisi ketika terjadi penurunan produksi hormon reproduksi dalam tubuh. Umumnya, kondisi ini akan dialami wanita saat memasuki usia 40-50an tahun. Penurunan hormon reproduksi ini terkadang disertai dengan gejala yang tidak nyaman, seperti hot flashes (rasa panas yang cukup hebat disertai keringat dan detak jantung yang cepat) serta perubahan pada vagina.
Nah, untuk mengurangi ketidaknyamanan ini, wanita yang mengalami menopause bisa mengonsumsi obat estradiol. Selain dapat mengurangi gejala yang timbul saat menopause, estradiol juga dapat digunakan untuk mencegah osteoporosis pada wanita yang menopause.
(https://www.drugs.com/estradiol.html)
Estradiol merupakan senyawa esterogen, yakni hormon seks pada wanita yang mengontrol banyak proses dalam tubuh.
(https://www.drugs.com/estradiol.html)
Selain mengurangi gejala menopause yang membuat tidak nyaman, estradiol juga memiliki beberapa efek samping saat digunakan.
1) Efek samping yang umum terjadi: infeksi jamur pada vagina.
2) Efek samping yang kejadiannya tidak terduga: perubahan pada cairan vagina, keluar cairan bening atau darah dari puting, menurunnya jumlah urine, muncul cekungan pada kulit payudara, detak jantung cepat, demam, kulit gatal-gatal atau biduran, suara serak, puting masuk ke dalam, iritasi, benjolan pada payudara atau di bawah lengan, suara napas berisik, nyeri atau rasa tertekan pada tulang panggul, nyeri atau kemerahan pada lengan atau kaki, muncul kerak yang menetap pada puting, kulit kemerahan, pembengkakan pada payudara, sesak pada dada, kesulitan bernapas saat istirahat, kesulitan saat menelan, serta perdarahan vagina.
(https://www.drugs.com/sfx/estradiol-side-effects.html)
Berikut aturan yang tepat saat pemakaian estradiol:
1) Minum estradiol sesuai dengan yang diresepkan oleh dokter. Ikuti semua petunjuk pemakaian sesuai dengan yang tertera pada label pemakaian obat. Jangan menggunakan estradiol dengan dosis lebih besar atau lebih kecil daripada yang diresepkan.
2) Estradiol dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker pada saluran kemih. Untuk meminimalisasi risiko tersebut, dokter akan meresepkan progestin. Laporkan ke dokter jika muncul perdarahan yang tidak biasa dari vagina.
3) Jangan gunakan estradiol jika sedang hamil.
4) Penggunaan estradiol dapat meningkatkan risiko kanker payudara, uterus, dan ovarium. Tanyakan kepada dokter risiko penggunaan estradiol dalam jangka panjang.
5) Estradiol dapat menurunkan kadar hormon yang dibutuhkan untuk memprodusi ASI dan dapat memperlambat produksi ASI. Konsultasikan dahulu dengan dokter sebelum ibu menyusui menggunakan obat ini.
6) Simpan estradiol pada suhu kamar dan jauhkan dari tempat lembap, panas, dan terkena cahaya matahari langsung.
(https://www.drugs.com/estradiol.html)
Estradiol tersedia dalam beberapa jenis sediaan dengan anjuran dosis yang berbeda. Berikut anjuran dosis yang disarankan untuk setiap sediaan:
Sediaan tablet
1) Untuk mengobati kanker prostat, dosisnya 10 mg 3 kali sehari selama minimal 3 bulan.
2) Untuk mengatasi gejala menopause, dosisnya 1-2 mg/hari.
3) Sebagai pencegahan osteoporosis setelah menopause, dosisnya 0,5 mg/hari dalam siklus regimen.
4) Untuk mengatasi hipogonadisme (kondisi ketika hormon seksual yang dihasilkan oleh kelenjar seksual berada di bawah jumlah normal, dosis dalam bentuk senyawa valerate adalah 10-20 mg per 4 minggu.
Sediaan untuk vagina
1) Untuk mengobati atrofi (pengeringan dan penipisan jaringan) vagina dan vulvular (vagina bagian luar), dosis dalam bentuk krim adalah 2-4 gr/hari selama 2 minggu. Dosis pemeliharaan sekitr 1 gr 1-3 kali seminggu.
2) Untuk mengobati atrofi setelah menopause dan gejala urogenital, dosis per ring vagina mengandung 2 mg. Masukkan ring dan biarkan selama 90 hari.
3) Untuk mengobati atrofi vaginitis (peradangan pada vagina yang dapat mengakibatkan gatal, nyeri, dan keluarnya cairan dari vagina), dosis per tablet mengandung 20 mcg. Sisipkan 1 tablet sekali sehari selama 2 minggu. Dosis pemeliharaan adalah 1 tablet 2 kali seminggu. Coba untuk dihentikan atau diturunkan dosisnya dengan interval 3-6 bulan.
Sediaan transdermal (digunakan pada permukaan kulit)
1) Untuk mengatasi gejala menopause, dosis per patch (koyo) 0,025 mg/hari. Gunakan sekali seminggu. Coba untuk dihentikan atau diturunkan penggunaannya dengan interval waktu 3-6 bulan.
2) Sebagai pencegahan osteoporosis setelah menopause, dosis koyo mengandung 14 mcg/hari. Gunakan 1-2 kali/minggu.
(http://www.mims.com/indonesia/drug/info/estradiol/?type=brief&mtype=generic)
Penggunaan estradiol bersamaan dengan jenis obat-obatan berikut dapat menimbulkan interaksi tertentu dalam tubuh:
1) Obat CYP1A2 dan CYP3A4 induser seperti aminoglutethimide, carbamazepine, phenobarbital, dan rifampin, dapat menurunkan efek dari estradiol.
2) Estradiol dapat meningkatkan efek hydrocortisone dan prednisolone ketika digunakan bersamaan.
3) Alkohol dapat meningkatkan risiko osteoporosis.
(http://www.mims.com/indonesia/drug/info/estradiol/?type=brief&mtype=generic)
Direktori