Co-trimoxazole (sulfamethoxazole + trimethoprim)

Obat Apa Co-trimoxazole?

Nama Paten :

Aditrim, Bactoprim, Bactoprim Combi, Bactoprim combi Forte, Bactricid, Bactrim, Bactrim Forte, Bactrizol, Cotrimoksazol, Cotrimoksazol pediatrik, Decatrim, Dotrim, Dumotrim, Dumotrim Forte, Erphatrim, Ephatrim Forte, Etamoxul, Fasiprim, Fatibact Adult, Gitri, Gitri 480, Graprima, Graprima Forte, Hufacid, Infatrim, Infatrim Forte, Kaftrim, Kaftrim Pediatric, Lapikot Forte, Licoprima, Megatrim, Meprotrin, Miratrim, Miratrim Forte, Moxalas, Novatrim, Novatrim Forte, Omegtrim, Ottoprim, Pehatrim, Primadex, Primavon, Primavon Forte, Primazole, Primsulfon, Primsulfon Forte, Ratrim, Saltrim, Sanprima, Sanprima Forte, Septrin Pediatric Cherry, Sikotrim, Sisoprim, Sisoprim Forte, Spectrem, Spectrem Forte, Sulprim, Sultrimmix, Sultrimmix Paed, Toxaprim Forte, Trimeta, Trimeta Forte, Trimezol, Trimoxsul, Trimoxsul Forte, Trizole, Ulfaprim, Vestazole, Vestazole Forte, Wiatrim, Yekaprim, Zoltrim Forte.
(http://pionas.pom.go.id/monografi/kotrimoksazol-kombinasi-trimetoprim-dan-sulfa-metoksazol-dengan-perbandingan-15)

Penggunaan

Co-trimoxazole merupakan kombinasi obat antibiotik yang digunakan untuk mengobati infeksi telinga, infeksi saluran kemih, bronkitis (peradangan saluran bronkus), diare, shigellosis (infeksi akibat bakteri shigella) dan pneumocystis pneumonia (infeksi serius yang menyebabkan peradangan dan penumpukan cairan pada paru-paru).

 

Baca juga: Waspadai 7 Efek Samping Antibiotik Ini!

Cara Kerja Obat

Co-trimoxazole merupakan gabungan antibiotik sulfamthoxazole dan trimethoprim yang bekerja dengan cara melawan bakteri dalam tubuh.

Efek Samping

Selain bekerja sebagai antibiotik yang dapat melawan bakteri penyebab penyakit, co-trimoxazole juga memiliki beberapa efek samping yang perlu diperhatikan. Efek samping diberdakan menjadi efek samping yang jarang terjadi dan efeksmaping tidak terduga.
1. Efek samping yang jarang terjadi adalah sakit perut, feses berwarna hitam, kulit melepuh atau kendur, perubahan warna kulit, sakit dada, menggigil, batuk atau suara serak, urine berwarna gelap, diare, pening, demam tanpa atau disertai menggigil, sakit kepala, gatal, nyeri otot atau sendi, feses berwarna terang, kehilangan nafsu makan, nyeri punggung, mual, kesulitan berkemih, kulit pucat, kemerahan, mata merah teriritasi, nafas pendek-pendek, tenggorokan serak, nafas berbau, muntah darah, bersin-bersin, mata dan kulit berwarna kuning.
2. Efek samping yang kejadiannya tidak terduga di antaranya sakit perut, nyeri pada kaki, gusi berdarah, perut kembung, darah dalam urin atau feses, kesemutan, nyeri dada, urin keruh, kebingungan, konstipasi, kejang-kejang, kulit pecah-pecah, kesulitan bernafas, kesulitan menelan, rambut rontok, kehilangan pendengaran, gangguan pencernaan, detak jantung tidak normal, mimisan, penurunan berat badan.

 

Baca juga: Yang Perlu Diperhatikan Wanita saat Mengonsumsi Antibiotik

Pemakaian Obat

Ada beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan sebelum menggunakan obat co-trimoxazole, yaitu:
1. Baca aturan pakai. Jangan menggunakan obat dengan dosis lebih besar atau lebih kecil daripada yang sudah dianjurkan oleh dokter.
2. Untuk obat dalam bentuk suspensi, kocok dahulu sebelum obat diminum. Gunakan sendok takar atau cup obat untuk mengukur larutan obat.
3. Gunakan obat sesuai dengan jangka waktu pengobatan yang sudah ditentukan. Gejala dapat membaik sebelum sumber infeksi benar-benar terobati. Menghentikan pengobatan sebelum waktunya akan meningkatkan resiko infeksi lanjutan yang resisten terhadap antibiotik. Obat ini tidak dapat mengobati infeksi akibat virus seperti flu atau pilek.
4. Minum air dalam jumlah banyak setelah minum obat ini untuk mencegah terbentuknya batu ginjal.
5. Jangan gunakan obat ini saat sedang hamil.
6. Konsultasikan dengan dokter sebelum ibu menyusui menggunakan obat ini.
7. Jangan gunakan obat ini pada anak-anak dengan usia 8. Simpan obat pada suhu kamar. Jauhkan dari tempat lembap, panas dan terkena cahaya matahari langsung.

Dosis

Co-trimoxazole tersedia dalam bentuk oral dan juga injeksi yang dapat diberikan dengan anjuran dosis sebagai berikut:
Co-trimoxazole dalam sediaan oral/injeksi:
1. Untuk mengobati infeksi saluran kemih bagian atas; mengobati perburukan bronchitis kronis; mengobati infeksi telinga akut, dosisnya 960 mg 2x1. Infeksi yang parah: 2.88 g/hari dalam 2 dosis terbagi.
2. Untuk mengobati pneumositis pneumonia, dosisnya 120 mg/kg/hari dalam 2-4 dosis terbagi selama 14-21 hari.
3. Untuk pencegahan pneumositis pneumonia, dosisnya 960 mg sekali sehari selama 7 hari; 960 mg sekali sehari sebanyak 3 kali seminggu; atau 960 mg 2x1 3 kali seminggu.

 

Baca juga: Apakah Kita Benar-benar Membutuhkan Antibiotik?

Interaksi

Sebaiknya perhatikan penggunaan co-trimoxazole jika bersamaan dengan jenis obat-obatan lain karena dapat menimbulkan reaksi tertentu dalam tubuh, seperti:
1. Co-trimoxazole meningkatkan risiko hiperkalemia jika digunakan bersamaan dengan obat ACE inhibitor.
2. Co-trimoxazole meningkatkan risiko methaemoglobinaemia (peningkatan tingkat methemoglobin dalam darah) dengan prolicaine.
3. Co-trimoxazole meningkatkan risiko terjadinya aritmia ventrikular (gangguan irama jantung yang bermula di bilik bawah jantung) jika digunakan bersamaan dengan amiodarone.
4. Co-trimoxazole meningkatkan perpanjangan interval QT yang diinduksi oleh dofetilide.
5. Co-trimoxazole meningkatkan risiko keracunan dapsone.
6. Co-trimoxazole meningkatkan risiko kristaluria (kristal yang ditemukan dalam urine) jika digunakan bersamaan dengan methenamine.
7. Co-trimoxazole meningkatkan kadar serum rifampicin.
8. Co-trimoxazole meningkatkan efek acenocoumarol dan warfarin.
9. Co-trimoxazole meningkatkan efek obat sulfonylurea.
10. Co-trimoxazole dapat memperpanjang waktu paruh phenytoin.
11. Co-trimoxazole meningkatkan risiko terjadinya anemia megaloblastik (anemia yang disebabkan oleh kelainan pembentukkan DNA sel darah merah) jika digunakan bersamaan dengan pyrmethamine dengan dosis >25 mg per minggu.
12. Co-trimoxazole meningkatkan kadar plasma obat lamivudine, zidovudine, dan zalcitabine.
13. Kadar plasma co-trimoxazole dapat meningkat jika digunakan bersamaan dengan procainamide dan atau amantadine.
14. Co-trimoxazole dapat meningkatkan rosiko keracunan darah jika digunakan bersamaan dengan mercaptopurine dan azathioprine.
15. Co-trimoxazole meningkatkan kadar digoxin dalam darah.
16. Co-trimoxazole meningkatkan rosiko trombositopenia (kekurangan trombosit) jika digunakan bersamaan dengan obat diuretik.
17. Potassium aminobenzoate dapat menghambat efek dari antibiotik sulfonamida.
18. Penggunaan co-trimoxazole bersamaan dengan ciclosporin setelah transplantasi ginjal dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal yang reversibel.
Interaksi yang berakibat fatal:
- Peningkatan resiko terjadinya agranulositosis (sumsum tulang gagal membentuk granulosit, yaitu jenis sel darah putih yang membantu melawan infeksi) yang fatal jika Co-trimoxazole digunakan bersamaan dengan clozapine.
- Penggunaan Co-trimoxazole bersamaan dengan leucovorin untuk mengobati P. jiroveci pada pasien yang HIV positif dapat menghasilkan kegagalan terapi dan tingkat kematian yang tinggi.

 

Sumber:

pionas.pom.go.id kotrimoksazol-kombinasi-trimetoprim-dan-sulfa-metoksazol-dengan-perbandingan

drugs.com sulfamethoxazole-and-trimethoprim

mims.com sulfamethoxazole trimethoprim

Rekomendasi Artikel

Apakah Berbahaya Ibu Hamil Mengalami Infeksi Saluran Kemih?

Apakah Berbahaya Ibu Hamil Mengalami Infeksi Saluran Kemih?

Infeksi saluran kemih di trimester 3 sering dialami oleh ibu hamil. Apakah berbahaya ibu hamil mengalami infeksi saluran kemih? Simak penjelasannya berikut ini.

Ella Nurlaila

20 March 2025

Vaksin Tdap pada Ibu Hamil Penting untuk Mencegah Penularan Difteri, Pertusis dan Tetanus ke Bayinya

Vaksin Tdap pada Ibu Hamil Penting untuk Mencegah Penularan Difteri, Pertusis dan Tetanus ke Bayinya

Untuk mencegah penularan ke bayi, ibu hamil perlu mendapatkan vaksinasi Tdap yang dapat diberikan mulai trimester kedua

Ana Yuliastanti

21 February 2025

Seperti Apa Ciri Luka Caesar Infeksi?

Seperti Apa Ciri Luka Caesar Infeksi?

Mengetahui ciri luka caesar infeksi penting bagi siapa pun yang baru saja menjalani operasi caesar. Sebab, infeksi yang terus dibiarkan bisa berkembang menjadi kondisi yang lebih serius.

Eka Amira

29 January 2025

Vaksin PCV Cegah Anak Kena Pneumonia

Vaksin PCV Cegah Anak Kena Pneumonia

Penting untuk mendeteksi gejala pneumonia pada anak sedini mungkin dan melakukan pencegahan dengan menjaga perilaku hidup bersih dan sehat, konsumsi makanan bernutrisi, sehat dan seimbang, termasuk ASI eksklusif, sekaligus melakukan vaksin PCV.

Amanda Sagarmatha

19 November 2024

Pneumonia Salah Satu Penyebab Utama Kematian Bayi dan Balita

Pneumonia Salah Satu Penyebab Utama Kematian Bayi dan Balita

Di Indonesia, pneumonia termasuk dalam 10 penyebab utama kematian, terutama pada kelompok rentan, seperti bayi dan anak-anak di bawah 5 tahun. Pneumonia sering disebut juga paru-paru basah.

Amanda Sagarmatha

19 November 2024

Satgas Imunisasi IDAI Rilis Jadwal Imunisasi Anak Usia 0-18 Tahun Rekomendasi IDAI Tahun 2024, Terdapat Penambahan PCV15

Satgas Imunisasi IDAI Rilis Jadwal Imunisasi Anak Usia 0-18 Tahun Rekomendasi IDAI Tahun 2024, Terdapat Penambahan PCV15

Dalam jadwal imunisasi rekomendasi IDAI terbaru tahun 2024, IDAI merekomendasikan pemberian imunisasi PCV pada usia 2, 4 dan 6 bulan dengan booster pada usia 12-15 bulan.

Ana Yuliastanti

21 October 2024

 ISK pada Anak: Gejala dan Penyebab

ISK pada Anak: Gejala dan Penyebab

Sama seperti orang dewasa, anak juga bisa mengalami Infeksi Saluran Kemih (ISK). Kenali gejala dan penyebab ISK pada anak berikut ini.

Ella Nurlaila

11 August 2024

Ketahui Pentingnya Vaksin PCV untuk Cegah Pneumonia

Ketahui Pentingnya Vaksin PCV untuk Cegah Pneumonia

Pneumonia menjadi salah satu ancaman bagi anak-anak. Bekali anak dengan vaksin PCV untuk cegah pneumonia.

Direktori

    Pusat Kesehatan

      Selengkapnya
      Proses...