Mengenal 5 Jenis Tes Kesuburan Wanita
Peluang kehamilan akan lebih besar ketika hubungan intim dilakukan di masa subur. Untuk mengetahui kapan masa subur, ada 4 jenis tes kesuburan wanita yang perlu Mums tahu.
Nama Paten :
Cripsa, parlodel
(ISO vol. 50)
Bromokriptin adalah obat yang digunakan untuk terapi penyakit-penyakit akibat ketidakseimbangan hormon, ketika prolaktin yang ada di dalam darah terlalu banyak (hiperprolaktinemia). Gejala dari hiperprolaktinemia sendiri adalah perkembangan seksual yang kurang sempurna pada orang dewasa. Misalnya, pada wanita biasanya jadi jarang haid, kehilangan gairah seks, wajah memerah, tidak subur, dan produksi ASI tidak terduga, sehingga menyebabkan ASI sering keluar dan merembes dari payudara.
Sementara itu, pada pria gejalanya adalah pembesaran payudara, turunnya gairah seks, rambut tubuh tidak tumbuh, dan kehilangan massa otot. Bromokriptin juga bisa digunakan untuk terapi tumor otak yang menyebabkan produksi prolaktin berlebihan. Selain itu, dapat digunakan untuk mengontrol gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2. (https://www.drugs.com/mtm/bromocriptine.html; https://www.webmd.com/drugs/2/drug-5565-1510/bromocriptine-oral/bromocriptine-diabetes-oral/details)
Bromokriptin atau agonis dopamine D2 adalah obat untuk mengaktifkan reseptor dopamin prostsinapsis pada jalur tuberoinfundibular dari hipotalamus ke kelenjar dopamin, yang menghambat sekresi dan prolaktin dari pituitari anterior.
Obat ini juga dapat menurunkan kadar hormon pertumbuhan dalam darah. Selain itu, Bromokriptin dapat menstimulasi jalur nigrostriatal pada korpus striatum, sehingga berdampak pada peningkatan kontrol koordinasi gerak tubuh. (https://www.mims.com/indonesia/drug/info/bromocriptine/?type=brief&mtype=generic)
Selayaknya obat lain, bromokriptin juga memiliki efek samping. Oleh sebab itu, kalau Kamu mengalami efek samping yang tidak kunjung sembuh bahkan memburuk, segera periksakan ke dokter.
Adapun efek samping yang dimaksud adalah mual, muntah, rasa kantuk yang berlebihan, hipotensi ortostatik atau penurunan tekanan darah secara tiba-tiba saat mengganti posisi tubuh dari telentang ke duduk, eritromelalgia (kerusakan pada saraf pembuluh darah perifer), sakit kepala, penyumbatan saluran hidung, mulut kering, diskinesia atau gangguan saraf berupa timbulnya gerakan berulang tak terkendali, psikosis, hiperseksual, gangguan penglihatan, telinga berdengung, dan rambut rontok.
Obat ini juga memiliki efek samping pada jantung, seperti aritmia atau kelainan irama jantung, serangan jantung, dan peradangan pada selaput jantung. Begitu pun pada saluran cerna, bromokriptin bisa menyebabkan konstipasi, diare, dan perdarahan di saluran cerna.
Tidak hanya itu, bromokriptin bisa menimbulkan efek samping berupa halusinasi, delusi, serta kebingungan. Efek samping yang sangat jarang tetapi bisa terjadi adalah hipertensi, kematian sel jantung, kejang, dan stroke.
(https://www.mims.com/indonesia/drug/info/bromocriptine/?type=brief&mtype=generic)
Agar lebih aman, sebelum mengonsumsi bromokriptin sebaiknya Kamu melakukan hal-hal ini:
1. Informasikan kepada dokter atau apoteker jika Kamu memiliki alergi terhadap sesuatu, terutama obat golongan ergot, seperti ergovine dan pergolide.
2. Baca aturan penggunaan obat dengan teliti sebelum mengonsumsinya. Kalau ada informasi yang kurang jelas atau tidak dimengerti, sebaiknya tanyakan kepada dokter atau apoteker.
3. Obat ini dapat menyebabkan rasa kantuk dan kepala terasa pening. Jadi, jangan mengendarai kendaraan atau mengoperasikan mesin jika rasa kantuk atau pusing mulai muncul.
4. Untuk ibu hamil atau menyusui, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter sebelum mengonsumsi obat ini. Pasalnya, bromokriptin dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah pada ibu hamil dan memengaruhi produksi ASI pada ibu menyusui.
(https://www.webmd.com/drugs/2/drug-5565-1510/bromocriptine-oral/bromocriptine-diabetes-oral/details)
Penting bagi pasien untuk mengonsumsi obat sesuai dengan dosis yang dianjurkan oleh dokter. Adapun dosis Bromokriptin adalah:
1. Untuk terapi penyakit parkinson
Sebagai tambahan obat Levodopa:
Minggu pertama: 1-1,25 mg saat malam hari.
Minggu kedua: 2-2,5 mg saat malam.
Minggu ketiga: 2,5 mg sekitar 2 kali sehari.
Minggu keempat: 2,5 mg sekitar 3 kali sehari.
Tingkatkan dosis per 2,5 mg setiap 3-14 hari sesuai ketentuan. Untuk dosis pemeliharaannya adalah 10-30 mg/hari.
2) Untuk terapi galaktorea (cairan susu yang keluar dari puting di luar masa menyusui), hipogonadisme (kekurangan hormon seksual), dan infertilitas
Dosis awal adalah 1-1,25 mg saat malam. Kemudian setelah 2-3 hari, meningkat menjadi 2-2,5 mg. Tingkatkan perlahan per 1-1,25 mg setiap 2-3 hari sampai jadi 2,5 mg sekitar 2 kali sehari, atau jika dibutuhkan. Maksimal pemakaian obat adalah 30 mg/hari.
3) Dosis untuk terapi akromegali (kelebihan hormon pertumbuhan) dan prolaktinoma (tumor jinak pada kelenjar hipofisis yang terletak di bagian dasar otak)
Dosis awal adalah 1-1,25 mg saat malam hari. Kemudian, tingkatkan sampai 2-2,5 mg/hari dengan interval 2-3 hari. Lalu gunakan sekitar 2,5 mg setiap 8 jam sekali, 2,5 mg setiap 6 jam sekali, dan 5 mg setiap 6 jam sekali.
4) Dosis untuk terapi penekanan laktasi yakni 2,5 mg/hari selama 2-3 hari, lalu tingkatkan menjadi 2,5 mg sebanyak 2 kali sehari selama 14 hari.
5) Dosis pencegahan peradangan pada payudara akibat produksi ASI berlebih adalah 5 mg pada hari melahirkan, kemudian menjadi 2,5 mg sebanyak 2 kali sehari selama 14 hari.
(https://www.mims.com/indonesia/drug/info/bromocriptine/?type=brief&mtype=generic)
Seperti banyak obat lain, bromokriptin juga dapat berinteraksi dengan obat lain maupun makanan tertentu. Oleh sebab itu, penting bagi Kamu untuk mengetahui informasi tentang interaksi obat ini. Berikut penjelasannya:
1. Jika dikonsumsi dengan eritromisin dan antibiotik golongan makrolida lainnya, dapat meningkatkan kadar bromokriptin dalam darah.
2. Jika dikonsumsi dengan obat antihipertensi dapat meningkatkan efek dari obat tersebut.
3. Efek terapi dari bromokriptin akan hilang jika dikonsumsi dengan obat golongan antagonis dopamin, seperti obat psikotropik (fenotiazin, butirofenon, thioxanthin).
4. Jika dikonsumsi dengan levodopa dapat menambah efek neurologik.
5. Efek penurunan produksi prolaktin akan berkurang jika bromokriptin dikonsumsi bersamaan dengan metklopramid dan domperidone.
6. Jika dikonsumsi bersamaan dengan obat golongan ergot alkaloid, akan berpotensi menimbulkan efek samping yang parah. (https://www.mims.com/indonesia/drug/info/bromocriptine/?type=brief&mtype=generic)
Direktori