Tahukah Geng Sehat, nyamuk adalah hewan yang paling banyak membunuh manusia. Nyamuk adalah hewan yang menularkan malaria, demam berdarah, dan beberapa penyakit lainnya. Namun demam berdarah dengue atau DBD mungkin paling membuat pusing. Mengapa? Sampai saat ini negara kita masih dihadapkan pada kasus DBD yang tinggi, bahkan saat ini DBD tidak mengenal bulan, artinya ada sepanjang tahun.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), DBD adalah salah satu ancaman utama kesehatan masyarakat di dunia. Insiden DBD meningkat secara signifikan di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir, dengan kasus yang dilaporkan kepada WHO naik dari 505.430 kasus pada tahun 2000 menjadi 5,2 juta pada tahun 2019. Jumlah kasus demam berdarah tertinggi tercatat pada tahun 2023, yang memengaruhi lebih dari 80 negara di seluruh dunia.
Dalam rangka melindungi keluarga Indonesia dari ancaman DBD, Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta (IDAI JAYA) didukung oleh PT Takeda Innovative Medicines menyelenggarakan Indonesia Dengue Summit yang pertama, pada Minggu, 23 Juni 2024 di Jakarta.
Ini merupakan sebuah acara yang diikuti ratusan tenaga kesehatan, untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam memberikan edukasi kepada masyarakat seputar penyakit Demam Berdarah Dengue.
Di Indonesia, Kementerian Kesehatan mencatat hingga minggu ke-23 tahun 2024 saja, terdapat 131.501 kasus DBD dengan kematian sebanyak 799 kasus. Angka kasus kejadian tersebut lebih tinggi dari kumulatif kasus DBD di tahun 2023 yaitu 114.720 kasus, dan mendekati total kasus kematian sepanjang tahun 2023 yaitu 894 kasus.
Dijelaskan dr. Imran Pambudi, MPHM, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Direktorat Jenderal P2P, Kementerian Kesehatan RI, “Dulu DBD ada sikusnya. Awalnya 10 tahun sekali dan biasanya memuncak saat musim el nino. Sekarang karena ada perubahan iklim, siklus DBD sulit diprediksi namun yang jelas siklusnya semakin pendek.”
Ditambahkan dr. Imran, sejak Januari hingga Juni 2024, kasus tertinggi ada di minggu ke-14 di bulan Maret. Sejauh ini DBD sudah merenggut sekitar 800 kematian.
Gejala DBD Lebih Berat di Infeksi Kedua dan Seterusnya
Sementara itu, Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A(K), dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sekaligus Ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), memaparkan bahwa dengue atau yang sering disebut sebagai DBD merupakan penyakit yang dapat menjangkit siapa saja tanpa memandang usia, di mana mereka tinggal, maupun gaya hidup.
Menurut Prof. Sri yang juga dokter spesialis anak dan Guru Besar FKUI ini, di masyarakat kita masih banyak terjadi miskonsepsi tentang DBD dan menganggap penyakit ini tidak berbahaya. Masih banyak orang yang berpikir bahwa apabila sudah pernah terkena DBD, maka mereka aman dan menjadi kebal. Padahal, tidak begitu.
Virus dengue terdiri dari empat serotipe. Di mana keempat serotipe ini tidak saling melindungi. Artinya, apabila seseorang telah terjangkit satu serotipe, mereka masih bisa terjangkit serotipe yang lain.
“Jadi seseorang bisa mengalami DBD selama 4 kali, dengan serotipe berbeda-beda sepanjang hidupnya , dan infeksi yang kedua dan seterusnya berpotensi lebih parah. Bahkan bisa menyebabkan kematian,” papar Prof Sri.
Upaya Pencegahan DBD
Untuk mencegah DBD, pemerintah sudah melakukan banyak usaha. Misalnya gerakan 3M, jumantik, hingga teknologi nyamuk ber-Wolbachia. “Meskipun semua upaya ini telah dilakukan, kasus demam berdarah di Indonesia masih menunjukkan peningkatan yang signifikan. Kami yakin bahwa pendekatan inovatif lainnya diperlukan untuk mengatasi tantangan ini. Karena itulah, Kementerian Kesehatan terus menguatkan kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk sektor swasta, dan berkomitmen menerapkan pendekatan-pendekatan inovatif, termasuk melalui vaksinasi. Hal ini sejalan dengan pilar kelima dan keenam dari Strategi Nasional Penanggulangan Dengue yang telah kami canangkan di tahun 2021,” jelas Prof. Imran.
Menurut Prof. Sri, vaksinasi dapat mencegah DBD atau setidaknya mengurangi keparahan gejala. Apalagi pada infeksi kedua biasanya lebih berat. Vaksin DBD yang tersedia bisa diberikan pada usia 6-45 tahun. Dalam tatalaksana DBD yang diterbitkan UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI tahun 2023 juga disebutkan bahwa pasien setelah terinfeksi dan rawat inap akibat dengue dapat diberikan vaksinasi 1-3 bulan kemudian.
Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, berharap Indonesia Dengue Summit dapat menjadi sebuah wadah untuk peningkatan kapasitas yang berkelanjutan bagi para profesional kesehatan kita di Indonesia dalam penanganan DBD, serta memberikan informasi tepercaya seputar DBD kepada masyarakat.
“Di Takeda, kami berkomitmen untuk memerangi DBD melalui pendekatan yang menyeluruh yang melengkapi upaya pemerintah untuk mencapai tujuan ‘Nol Kematian Akibat Dengue pada tahun 2030’. Sejalan dengan komitmen tersebut, kami berupaya menciptakan akses terhadap vaksin inovatif kami, bagi masyarakat luas melalui kerja sama dengan tenaga kesehatan serta institusi terkait,” ujarnya.