Mums mengalami insomnia selama kehamilan? Insomnia kehamilan adalah kondisi ketika ibu hamil susah tidur. Kondisi ini cukup umum dialami ibu hamil. Lalu, apa sih obat insomnia saat hamil? Adakah cara alami mengobati insomnia saat hamil?
Baca juga: Ditemukan Satu Kasus di Indonesia, Inilah Fakta Penting Cacar Monyet yang Perlu Diingat!
Penyebab Insomnia Kehamilan
Susah tidur saat hamil kemungkinan besar disebabkan oleh perubahan hormonal, fisiologis, metabolis, dan psikologis akibat kehamilan. Pada trimester pertama, peningkatan hormon progesteron bisa menyebabkan:
- Rasa kantuk di siang hari
- Sering buang air kecil
- Mual
- Muntah
- GERD
- Nyeri punggung
Semua kondisi tersebut bisa menyebabkan sulit tidur di malam hari. Kondisinya biasanya akan lebih baik ketika Mums sudah memasuki trimester kedua. Namun, sulit tidur bisa kembali lagi di trimester ketiga kehamilan.
Baca juga: Kapan Mulai Merasakan Gejala Kehamilan?
5 Cara Alami Mengobati Insomnia saat Hamil
Mungkin Mums bertanya-tanya, apa sih obat insomnia saat hamil? Karena obat tidur biasanya tidak direkomendasikan untuk ibu hamil, maka sebaiknya ibu hamil menggunakan cara alami mengobati insomnia saat hamil. Coba tanyakan kepada dokter tentang cara alami mengobati insomnia saat hamil yang cocok untuk Mums!
1. Akupuntur
Akupuntur merupakan salah satu pengobatan alami yang digunakan untuk meredakan banyak masalah kehamilan. Akupuntur yang umumnya aman dilakukan saat hamil diantaranya untuk mengobati:
- Nyeri punggung bagian bawah
- Nyeri panggul
- Sakit kepala
- Heartburn
- Mual
- Muntah
- Kecemasan
- Depresi
- Insomnia
Penelitian menemukan bahwa akupuntur bisa secara signifikan meningkatkan kualitas tidur ibu hamil. Pasalnya penelitian menunjukkan bahwa akupuntur bisa meningkatkan konsentrasi melatonin, dan melatonin bisa membantu tubuh untuk rileks, sehingga mudah tidur.
2. Yoga
Kalau Mums mengalami insomnia, coba ikut kelas prenatal yoga. Menurut review, melakukan yoga secara rutin pada trimester kedua kehamilan bisa meningkatkan kualitas tidur.
3. Olahraga
Program olahraga rutin bisa meredakan insomnia kehamilan. Review terhadap ibu hamil yang rutin melakukan aktivitas fisik menunjukkan bahwa mereka mengalami peningkatan kualitas tidur yang signifikan.
Olahraga rutin khususnya dapat membantu mengobati insomnia kehamilan di trimester ketiga kehamilan.
4. Massage atau Pijat Ibu Hamil
Terapi pijat untuk ibu hamil bisa meredakan stres, mood, dan meningkatkan kualitas tidur ibu hamil. Review menemukan bahwa ibu hamil yang bergabung di program pijat dan rileksasi mengaku bisa tidur lebih nyenyak di malam hari.
5. Terapi Perilaku Kognitif
Meredakan stres penting untuk meningkatkan kualitas tidur. Terapi perilaku kognitif mengajarkan seseorang untuk menerima dan mengubah pikiran negatif. Penelitian menemukan bahwa terapi perilaku kognitif bisa meningkatkan kualitas tidur dan meredakan gejala insomnia pada ibu hamil.
Ibu hamil yang terlibat dalam penelitian tersebut mengaku bisa tidur lebih nyenyak dan mengalami penurunan kecemasan setelah berpartisipasi di program terapi perilaku kognitif.
Selain itu, memulai terapi perilaku kognitif saat hamil juga bisa meredakan risiko mengalami gangguan mood postpartum seperti depresi dan kecemasan.
Baca juga: Plasenta Sirkumvalata, Kelainan Bentuk Plasenta yang Menyulitkan Kehamilan
Sumber:
Very Well Family. 5 Natural Remedies for Pregnancy Insomnia. Mei 2022.
Hashmi AM, Bhatia SK, Bhatia SK, Khawaja IS. Insomnia during pregnancy: Diagnosis and Rational Interventions. Pak J Med Sci. 2016;32(4):1030-1037. doi:10.12669/pjms.324.10421
Reichner CA. Insomnia and sleep deficiency in pregnancy. Obstet Med. 2015 Dec;8(4):168-71. doi:10.1177/1753495X15600572
Johns Hopkins Medicine. Get a good night's sleep during pregnancy.
Foroughinia S, Hessami K, Asadi N, et al. Effect of acupuncture on pregnancy-related insomnia and melatonin: A single-blinded, randomized, placebo-controlled trial. Nat Sci Sleep. 2020 May 13;12:271-278. doi:10.2147/NSS.S247628
Voiculescu S, Zygouropoulos N, Zahiu C, Zagrean A. Role of melatonin in embryo fetal development. J Med Life. 2014;7(4):488-492.